Pages

Tuesday, May 1, 2012

Another journey to another (un)hidden paradise



Sudah sejak lama teman saya yang bernama mas nanang ini ngajakin maen ke sempu, minta dianterin kesini. Namun karena selalu kurang personel, maka ke sempunya baru terlaksana wiken kemaren. Saya, mas nanang, mbak endah serta tyas memutuskan wiken kemaren ke sempu dengan ngeteng angkutan. Kalau dulu waktu pertama kesini tinggal bubuk unyu di mobil serta waktu yang terjadwal dengan baik. Kalau kemaren itu boro-boro bubuk unyu dan waktu terjadwal dengan baik, yang ada molor terus walau tetap ada bubuk unyunya juga. *dicekek*

Dari Surabaya sekitar jam 6 pagi, sampai terminal arjosari sekitar jam 8-an. Dilanjut mas nanang pake acara mandi dulu, secara sejak dari wonosobo dia belum bertemu sama yang namanya air. =)) yang kemudian dilanjut dengan sarapan dan gathering sama fa. Fa ini salah satu temen sma, yang juga jadi temen maen ngeluyur hore kemana-mana. Kelar semuanya itu dilanjut naik angkot dari arjo ke terminal Gadang. Dari terminal gadang naik semacam bis kecil sampai pasar Turen. Dan dari pasar Turen naik angkutan lagi ke Sendang Biru. Pantat sudah semacam tepos naik turun angkot. Biasanya kan juga ngangkot to chop? Keakena polah kowe iki. =))

Nah, kemaren itu yang lama banged di pasar turen. Kayaknya kalo disambi nyuci sama nyetrika udah langsung bisa ngekelarin cucian yang sudah bergunung-gunung macem gunung slamet-sindoro-sumbing. Di pasar Turen ini dapat angkot sekitar jam 11-an, tapi karena nunggu penuh maka ini angkutan baru berangkat sekitar jam 2-an. Hampir 3 jam di pasar turen ini. Guna membunuh waktu, saya, mas nanang dan tyas masuk ke pasar guna berbelanja. Kebetulan kita berniat masak sayur asam sama goring tempe. Dan masuklah kita blusukan dalam pasar. Sedang mbk endah nunggu di angkot.




Di pasar berburu telor setengah kilo, minyak seperempat, beras seperempat. Terus masuk lagi ke agak dalam pasar mencari tempe, kacang panjang, buncis, tomat serta cabe. Sedang untuk bumbu ternyata mas nanang sudah nyiapin yang bumbu instan. Nah ada kejadian lucu yang membuat saya dan tyas merasa gagal sebagai seorang wanita. Ini si mas nanang dengan polos nanya bahan buat bikin sayur asem apa saja ke penjual sayuran. Si ibuk cuman tersenyum sambil ngeliat saya dan tyas yang berdiri di samping dia. Ih..kok ga Tanya saya sama tyas sih? Padahal kalau Tanya kita juga cuman iya-iya aja. Bisanya cuman makan. Ndak pernah masak. Plaaaak!! Tapi urusan masak ya, itukan fitrah wanita ya? Nanti kalau sudah nikah pasti bisa sendiri. Iya kan? =)) *mencari pembenaran* *digantung*




Dan yang lebih lucu lagi si ibuk malah bilang sambil nunjuk tyas, ih mbak ini mirip menantunya ibuk itu, sambil nunjuk seorang ibuk-ibuk pedagang sayur di belakang kita. Dan saya yang mesti iseng suka ngerjain tyas langsung bilang, ya mohon doanya ya buk, semoga teman saya ini juga cepet jadi menantu dari ibu siapa gitu. Hihi. Dan tyas cuman bisa pasrah saya isengin. Haha.

Kelar belanja, bingung mau ngapain. Akhirnya ngobrol-ngobrol sama bapak-bapak pasar, mulai dari ngomongin ramai ndaknya dagangan. Ngomongin volume pengunjung ke sempu yang naik angkot dari pasar turen ini, sampai si bapak bercerita tentang pantai bajul mati sama pantai goa china. Dan kalau ndak salah disana lagi ada sedekah laut, jadi ada kemungkinan di sempu ntar ndak seberapa rame, begitu kata si bapak. Sudah kehabisan obrolan sama si bapak saya sama tyas muter-muter pasar.  Dan karena cuaca yang teramat terik kita memutuskan masuk ke indomaret buat ngadem dan membeli eskrim.




Sedang si mas nanang ternyata juga sudah muterin pasar hunting kopi robusta malang. Dasar maniak kopi. Blusukan kemana-mana yang dicari mung kopi. =)) boseng juga lama-lama nunggu angkot ini ngetem, bahkan saking lamanya ada ibuk-ibuk yang turun dari angkot dan memutuskan naik ojek saja ke permukiman di daerah sendang biru. Dan saya sendiri sudah ngantuk kebosanan nunggu angkot berangkat. Dan untunglah ndak perlu nunggu sampai mati kebosanan guna si angkot berangkat.

Dan selama dalam perjalanang turen sendang biru, si mas nanang bahas-bahas tentang majapahit, brawijaya dan juga entah siapa dari jaman sejarah. Katanya pasti dulu ada sesuatu yang berhubungan dengan perjuangan jaman-jaman kerajaan, kenapa  ada pantai yang berada di balik bukit. Jadi bukit semacam alat buat pertahanan.  Mirip kalau mau ke pantai di daerah gunung Kidul gitu. Aaah.. pikiran saya langsung melayang ke kabut-kabut yang berada di sekitaran trowulan di pagi hari. Kabut dengan nuansa mistis. Yang katanya dulu konon juga menjadi salah satu alat pertahanan dari serangan musuh. Setelah itu saya juga jadi teringat akan penaklukan Turki, Kara Mustafa Pasha.  Sebuah bukit menjadi alat pertahanan, walau akhirkya turki jatuh juta ketangan orang barat karena ego pemimpinya. Heu. 



Ndak kerasa, sampai juga di sendang biru. Langsung menuju perijinan, sholat jamak takhir duhur-ashar, nyebrang pakai perahu dan begitu sampe dermaga semut disambut trek yang tetap ampun-ampunan. Dan bersyukur ndak hujan. Padahal sempet mendung. Kalau hujan bisa ditebak trek nanti akan licin sekali dan difeaturing dengan lautan lumpur yang juga menambah waktu trekking, serta menguras banyak tenaga dan stamina. Dan Alhamdulillah trek ampun-ampunan ini bisa dilalui dalam waktu kurang dari dua jam. Sekitar jam enaman kita berempat sudah langsung ngedomprok di pasir lembut pantai segara anakan.

Begitu capek berkurang, kita berempat ngebangun tenda. Yang dibantuin juga sama mas-mas dari Marley adventure team. Sekumpulan orang-orang yang suka sama musiknya bop marley namun juga mencintai kegiatan yang berbau adventure. dan akhirnya MAT ini menjadi tetangga tenda kita. Begitu tenda terbangun kita gantian sholat jamak takhir maghrib-isya sama memasak. Menu malam ini adalah nasi, omelette sama sarden digoreng. O iya, sholatnya pas di bibir pantai, beratap langit serta diiringi debur ombak. Ah. Ndak terlukiskan. Hehe.

 Sehabis makan, mata ngantuk sangat. Efek perjalanan seharian yang lumayan menguras. Akhirnya, saya, mbak endah dan tyas tidur dalam tenda. Sedang mas nanang di luar. Sesuai perjanjian awal. Makasih buat mas nanang atas kerja samanya. Dan ternyata esok paginya, yang tidur di luar tenda bukan hanya mas nanang. Tapi hampir sebagian besar tidur di luar tenda. Bahkan ketika mau wudhu subuh-subuh, malah ada yang tidur pas di bibir pantai. Langsung di pasir. Dan memang semalem itu menurut saya ndak ada dingin-dinginnya walau sempu sendiri berada di daerah kota dingin malang, :p.

Setelah subuhan, hari masih gelap. Dan saya balik ke tendal lagi tidur-tiduran. Mbak endah ndak ngerti sudah hunting foto kemana. Tyas duduk di depan tenda. Si mas nanang masih tidur ndak jelas di depan tenda juga. Jeda brapa lama setelahnya mas Nanang bangun, kemudian sholat subuh. Saya sama tyas beberes perlengkapan terus cuci-cuci ke bibir pantai. Aih..segernya. sekelar cuci-cuci nesting itu saya mutusin ke tengah jebur-jebur. Segeeeer.



Kelar naruh nesting ke tenda, kita nyebur lagi. Mbak endah sama mas nanang ternyata sudah ada di atas bukit. Tepatnya bukan bukit sih. Tapi semacam tebing tinggi yang jadi pembatas antara pantai sendang biru dengan laut selatan. Di sini dentapan ombaknya cukup keras. Bahkan sampai membentuk karang-karang yang terjal.  Dari sini kita lanjut nyebur bentar kemudian dilanjut naik lagi keatas bukit di sisi sebelahnya. Naik kesini lumayan bikin ngepot-ngepot treknya. Bahkan dititik tertentu saya sampai memutuskan menunggu di bawah saja. Bukan apa. Saya ndak ada nyali. Serem euy. Ndak bayangin kalo saya keliru mijak. Yang ada jatuh disambut terjalnya karang.





Untung waktu itu dikasih semangat, kata mbak endah beneran rugi kalau ndak sampai atas. Dan untunglah dibantu mas nanang ngelewati trek yang menurut saya seram itu. Dan beneran. Pas sudah sampai atas. Subhanallah. Gugusan pulau-pulau kecil keliatan jelas dari atas sini. Kalau ndak salah di sekitar sempu ini ada sekitar  27 gugusan pulau kecil-kecil. Dan dari atas sini terlihat beberapa spot pantai-pantai lain selain segara anakan. Ada pantai panjang dan pantai pasir. Cantik!




Sempu kunjungan kedua ini beneran so amazing!.next time pingin balik lagi. Pingin maen ke pantai panjang, pantai pasir 1, pantai pasir 2 dan pantai pasir 3. Kata temen saya, nama pantai kok kayak sinetron, ada session satu dua dan tiga. Dan si mas marle nyeletuk, karena tuhan emang kadang suka sinetron juga mbak. Hehe.




*huaaaa...jebul tulisannya panjang keli ini. Padahal masih banyak ceritanya. Cukup sampai di sini waelah. Udah capek ngetik. Haha.


2 comments:

Komen pakai Hati ya...:)