Pages

Monday, November 17, 2014

Silly Things

ini sebenarnya tulisan buat challenge, tapi belum kelar nulis dan akhirnya ketumpuk draft lain.

oh iya...

(haha)DISCLAMAIR, HANYA UNTUK PEMBACA PEREMPUAN!!! (haha)

Tantangan hari ke sembilan apa kesepuluh ya? yaitu 10 tempat di filipina yang pingin di datangi? *scroll up scroll down* eh salah deng ternyata top 5 difficult times in your life.

Duh, kok kesannya jual derita banged ya, dan saya ndak suka membagi cerita lama ke khalayak ramai hal-hal yang menyangkut kesulitan hidup saya. Cukup saya, keluarga dan orang terdekat dalam hidup saya.

Mau ngeshare hal-hal yang berbau silly aja apa ya? selama jalan-jalan? selama naik gunung? 

Here We Go!

  1. Pertama kali ke Ranukumbolo itu style udah berasa kek pendaki profesional, piye ndak? celana sudah kargo, kupluk syal, sarung tangan, kaos double, jaket tebel, eh ujug-ujug tetep saja kedinginan, malah ga kuat jalan. haha. Mungkin kalau waktu itu ndak ada Kres golden ways (yang bisa dibilang dia bak Mario Teguh dengan segala motivasinya) saya dan teman-temin palingan hanya sukses di sampai pos tiga. Jangan tanya cara Kres memvotivasi kita, la piye? begitu ketemu tanjakan di setelah pos tiga, kita memutuskan turun dan langsung gelar matras plus sleeping bag di gardu pos tiga itu. dan kita tetap sukses mencapai Ranukumbolo dong. (haha)
  2. Setelah nyasar perjalanan Surabaya-Semarang (piye ndak nyasar kita berempat di mobil? Saya, Fa, Mamang dan satu temen lagi yang bertugas gantian nyetir sama Mamang, sama-sama baru pertama kali ke Semarang menggunakan kendaraan pribadi, setelah penuh perjuangan dan drama yang melelahkan) sampailah kita di base camp gunung Sindoro. Hal bodoh tolol bukan capeknya nanjak hingga memutuskan beberapa kali tiduran di jalan, bukan... bukan... tapi, pas sampai basecamp saya langsung 'dapat' duh, jangan tanya rasanya perut kayak gimana, tapi tapi lebih ke was-was gilani takut tembus. haha. jadi dikondisi ini saya berterima kasih kepada penemu pembalut, apalagi jaman sekarang ya? banyak pilihan, jadi rasa waswas tembus hilang seketika. la piye ora mungkin bolak balik jaluk berhenti buat ganti kan? dan sama bayangin air yang teramat sangat minimalis itu bikin perut sudah berasa mules. haha. dan kok yo, doa saya terkabul. Perjalanan turun gunung itu hujan deras. Ya Allah, bukan seperti ini doa sayaaaa... yang pakai jas hujan dan mantel saja tetap basah kuyup, apalagi saya? haha. jangan dibayangkan ya, kondisi 'dapat' dan hujan-hujanan. tapi tetap saya berterima kasih banyak sama penemu pembalut ini. iya jangan dibayangkan piya piye. karena tampilang tetep unyu, yummy dan crunchy. halah (haha)
  3. masih tetap mirip dengan insiden nomor dua. ceritanya waktu itu sepulang dari turun gunung Papandayan. saya sama dapit gegara ga dapat tiket kereta akhirnya memutuskan untuk naik bis. jadi begitu turun ini saya juga mendadak 'dapat' lagi. untunglah saya selalu nyetok pembalut di ransel kemana-mana. bukan karena jadwal 'dapat' tapi lebih ke kebiasaan buat selalu jaga-jaga sebelum keserang badai. halah. jadi saya berterima kasih lagi kepada penemu pembalut. khusunya pembalut-pembalut dengan terobosan baru semisal panjang 35 cm dan juga tebel atau lebih dikenal dengan istilan pembalut buat versi night. otomatis saya pakai itu dong. dan alhamdulillah aman. walau ada tragedi di terminal purwokerto bis berenti sebentar soalnya tengah malam dan saya langsung lompat buat lari-lari ke kamar mandi sampai digedor-gedor pak kondektur. (haha)
  4. udah ah nulisnya, aib kok dipamerkan (haha)

2 comments:

Komen pakai Hati ya...:)