kalau menurut 4 pria kopi, semua kopi itu sama. yang beda hanyalah siapa yang buatin dan dengan siapa mereka menikmatinya. Kalau saya, kopi tak sesederhana itu. saya sempat beberapa nulis tentang hal beginian. dan selalu sukses bikin galau. o iya, kadar berapa cangkir saya minum kopi berbanding lurus dengan kadar kegalauan juga. itu berlaku buat saya =))
saya ada tiga tulisan tentang kopi yang saya posting di sini, ini saya copas-in saja biar ndak meluncur ke link-nya. dari tiga tulisan ini, kopi memiliki makna tentang cinta, pengharapan, bertahan, dan juga tahu kapan mesti menyerah. dan juga otomatis tentang move on. walau terkadang ada memori tersendiri tentangnya =D
Tulisan pertama :
Tahukan kamu??Tulisan kedua :
aku sekarang berada di kedai kopi favorit kita..
aku ingat...hampir tiap malam aku menemanimu di sini..
yap...hanya menemani...
tanpah sepatah katapun..
aku menemanimu melepas semua penat..
walau tanpa kata...
kau hanya terdiam sambil menikmati hangatnya kopi itu...
tengs for always giving your shoulder for me...
Tahukan kamu? aku sekarang berada di kedai kopi favorit kita...aku yang hanya terdiam mendengar semua ceritamu..aku yang hanya terdiam mendengar kisah kesuperioranmu...aku yang hanya terdiam menemanimu menghabiskan berpuntung-puntung rokokmu..sambil mendengarkan semua asa dan mimpimu...ehm...kita tak pernah sejalan...kita tak pernah searah..tapi yah...kita selalu sejalan tentang kopi di kedai kopi ini..yah...hanya kedai kopi ini yang jadi pemersatu kita...tengs yak...for accompany me in this kedai kopi...Tulisan ketiga :
tahukah kamu? aku terdampar di kedai kopi ini lagi..aku tak tahu ada apa...tarikan kedai kopi ini terlalu kuat...seakan medan magnet di penjuru bumi kutubnya ada disini..sepertinya aku terlalu berlebihan..tapi begitulah adanya...bisa kah kau kasih aku jawaban?kenapa kedai kopi ini terlalu mengukir kenangan buatku?Dan adalagi makna tentang kopi, yah...tentang hidup yang tak mudah, yang penuh perjuangan dan jangan menyerah.
“Perjalanan hidup itu bagaikan secangkir
kopi, ada manis dan pahit di setiap seduhannya.“
Aku
ingat, dulu, dulu sekali. Setiap pagi perempuan itu selalu membuatkanmu
secangkir kopi. Dulu aku berpikir, apalah enaknya? Dua sendok bubuk hitam
dicampur dengan sesendok gula. Sampai suatu hari, ketika perempuan itu baru
saja kelar membuatkanmu secangkir kopi. Aku bersembunyi di balik pintu.
Menunggumu meneguh seseduh dua seduh, aku mencuri-curi menyicipinya. Aaah..apa
enaknya? Perpaduan manis dan pahit yang terasa aneh di mulut!
Sampai
aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya padamu, apalah enaknya secangkir
kopi di pagi hari? Kau hanya bilang “Nak,
perjalanan hidup itu bagaikan secangkir kopi, ada manis dan pahit di setiap
seduhannya “ Waktu itu aku terlalu kecil buat memahami apa artinya. Walau
setelah itu aku jadi pencinta kopi bukan karena apa yang kau bilang tapi lebih
karena aku butuh kandungan kafein di dalamnya agar aku bisa lebih lama terjaga.
Dan
kamu tahu? Ketika sekarang aku menulis surat ini untukmu, baru menyadari apa
makna ucapanmu. Yah, perjalanan hidup itu bagaikan secangkir kopi, ada manis
dan pahit di setiap seduhannya. Bahkan aku merasanya, terkadang manis dan pahit
berjalan beriringan, terkadang bergantian.
Hei
kamu! Masih ingatkah kamu? Dulu, dulu sekali, ketika aku masih di bangku
sekolah dasar. Setiap baghda subuh, kau membangunkanku, menungguku bangun
hingga nyawa kembali utuh, menungguku sholat subuh yang sekenanya itu, sambil
menikmati secangkir kopi buatan perempuan itu. Dan setelah semua ritual subuhku
kelar, kau membawaku kejalanan. Mengajariku naik sepeda.
Aku
ingat sekali, ketika aku terjatuh dari sepeda, kau selalu memastikan aku
baik-baik saja. Ketika lututku terluka, kau dengan cekatan langsung
menggendongku di punggungmu yang keras dan hitam itu. Membawaku pulang, dan
perempuan itu, perempuan itu mendekapku dalam pelukannya. Walau aku terus
terisak, perempuan itu juga memastikanku baik-baik saja, memberiku rasa aman
hingga aku terlelap di pelukannya.
Hei
kamu! Masih ingatkah kamu? Dulu, dulu sekali. Waktu itu sepatuku rusak, dan aku
butuh sepatu baru untuk dipakai ke sekolah. Dan kamu mengantarku ke sebuah toko
sepatu di kota. Aku masih ingat, namanya Toko Sepatu Jakarta. Kamu ingat dengan
apa kamu mengantarku? Dengan sebuah sepeda onthel merk phoenix, dan sepeda itu
bahkan lebih tua dari usiaku sekarang.
Dengan menempuh jarak kurang lebih 10 km, kamu mengayuh sepeda onthel merk phoenix itu guna mengantarkanku membeli sepatu baru di toko sepatu bernama toko sepatu Jakarta itu.
dan yah...intinya “Perjalanan hidup itu bagaikan secangkir kopi, ada manis dan pahit di setiap seduhannya.“ ^^
tombol like, mana tombol like!!!
ReplyDeletetak kasih jempol pak fa ^^
ReplyDelete