Foto keluarga FAA dari kamera mas Gentong (foto saya ambil dari group FAA)
Minggu kemaren tepatnya tanggal 4 Desember 2011, saya mbelani bangun sebelum subuh *padahal biasanya bangunnya mepet*, demi apa coba? demi ikutan kopdar FAA (forum arek arsitektur) ITS. Yah walau waktu itu tetep minta bantuan mas dio buat ngewassap, jaga-jaga takut saya ga kebangun. Dan alhamdulillah, ketika mas dio wassap, saya sudah bangun walau masih belum beranjak dari kasur kos-kosan yang atos -__-. Karena menurut perjanjian mas dio wassap pas mau berangkat ke kampus, langsung saja saya lompat segera ke kamar mandi. Takutnya malah saya yang jadi terakhir datang ke kampus. Dan ternyata saya nomer dua! yang pertama nyampe otomatis mas dio, trus saya, trus mbah yus, mas aji dan mbak wulan. Terus lanjut menjemput mas Hasan dan istri trus nyamperin binti yang ternyata nunggu di pinggir jalan deket RSAL. =D.
Selamat datang di gapura Wringin Lawang
Perjalanan dilanjut menuju tempat pertama yaitu gapura Wringin Lawang. Wringin Lawang ini berupa sebuah gapura dengan lebar belah tengahnya sekitar 3 m, dan tingginya sekitar 15m. Gapura ini jenis yang belah tengah atau lebih dikenal dengan nama Bentar. Dan gapura ini tidak diketahui mana yang bagian luar dan bagian dalam. Gapura ini menghadap ke arah gunung penanggungan. O iya, gapura ini terletak di Dukuh Wringin Lawang desa Jatipasar Trowulan. Dulu di kanan-kiri gapura ini ada pohon bringin yang kalau ditilik dari bahasa jawa Bringin itu Wringin, Lawang itu pintu. Bener ndak? bener dong, wong saya sudah gugeling *eh =D
Mendekati situs Wringin Lawang ini, karena waktu itu kita sampai sininya masih pagi, jadi sepanjang jalan ditemani kabut pagi. Konon katanya dulu, ini juga menjadi salah satu bentuk strategi pertahanan Majapahit untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Selain itu kalau menurut saya, menambah kesan mistis dari gapura Wringin Lawang ini.
Di Wringin Lawang ini, hari benar-benar masih pagi, walau saya cuman tidur sekitar dua jam-an malamnya, tak membuat saya patah semangat. Gimana ndak, di sini saya bertemu teman-teman keren, mulai dari senior-senior saya di FAA ini, terus ada pak Andi Mapajaya dosen saya semasa kuliah, ada pak Langit Kresna Hadi penulis novel Majapahit yang sudah saya kenal lewat novel pertamanya yang berjudul Libby yang sudah saya baca sejak jaman kuliah semester satu, serta ada pak Pekik dan pak Wicaksana dari badan museum trowulannya.
Acara di mulai dengan pembukaan sekaligus perkenalan oleh ketua rombongan mas Dio, dilanjut dengan pak Langit yang bercerita gimana itu majapahit, yang mesti di akhiri ini versi sejarah atau ini versi imajinasi saya. Saya sendiri banyak ga mudengnya, secara saya belum baca novelnya pak Langit, belum baca kitab negara Kertagema dan kitab Pararaton, walau bangTed sudah membaginya di grup, soalnya pas saya copy paste ke word kok ternyata berlembar-lembar ya?? ngantuk langsung datang menyerang. Jadi saya datang ke sini bermodal sejarah yang saya dapat dulu jaman sekolah, itupun amat sedikit sekali yang saya ingat =D.
Ternyata gapura-gapura selamat datang yang banyak bertebaran di kota-kota kabupaten Jawa Timur, semua pada menganalogikan ke gapura Wringin Lawang situs Trowulan ini. Tapi sayangnya, komposisi dan skala serta kemonumentalan dari gapura ini tidak dipakai. Kebanyakan gapura-gapura selamat datang dengan bentang lebar tengah sekitar 8 hingga 10 meter itu hanya memiliki ketinggian yang segitu-segitu juga. misal 15 meter. Padahal kalau mengacu ke gapura Wringin Lawang dengan lebar belah tengah yang sekitar 3 meter dan tinggi 15 meter atau 5 kalinya. Harusnya gapura-gapura selamat datang itu berketinggian sekitar 40 meter atau 50 meter. Sehingga kesan agung dan monumentalnya benar-benar terasa. Begitu sedikit yang saya tangkap dari penjelasan pak Andi. *cmiww ya teman-teman FAA =D
Dari pemaparan antara pak Langit, pak Andi serta pak Pekik hal yang sedikit saya tangkap adalah, pengemanan atau penyayangan, maksutnya amat disayangkan, disekitar situs ini banyak pengrajin batu bata yang menggali tanah. Sayang sekali kalau para pengrajin itu menggali di tempat yang bertepatan dengan situs Majapahit di bawahnya.
Tak terasa, pagi sudah menjelang siang, karena masih banyak situs yang mau dikunjungi, paparan di Wringin Lawang dilanjutkan ke situs-situs setelahnya. Dan tujuan kedua ke Gapura Bajang Ratu. Bajang Ratu sendiri tipe candi Paduraksa, candi dengan atap. Saya menyukai komplek gapura Bajang Ratu ini. Tempatnya asri banged. Cuman ada yang di sayangkan. Dibagian kiri candi ada sedikit tindakan vandalisme adek-adek smp dengan menuliskan nama smp mereka di dinding candi. -__- *mungkin agar mereka memiliki sejarah di sini juga kali ya?
Situs ke-tiga adalah Candi Tikus. Konon diketahuinya candi ini adalah waktu itu banyak hama tikus menyerah sawah-sawah di sekitar situs trowulan ini. Dan begitu di lacak, tikus-tikus itu bersembunyinya di sini. Maka akhirnya candi ini dinamai candi Tikus. Konon dulunya candi tikus ini adalah kolam pemandian putri-putri di jaman Majapahit. Di sini juga, pak Langit bercerita tentang imajinasinya akan tempat ini yang nantinya akan muncul di film Majapahitnya. Saya hanya bisa takjub dengan beliau. =D
Situs selanjutnya adalah candi Kedaton, situs Umpak serta situs Lantai Segi Enam. Ketiga situs ini lokasinya berdekatan, cukup dengan berjalan kaki saja. Oh iya, di dekat situs Kedaton ada situs lagi, cuman belum tahu itu situs apa. Kalau menurut pemikiran pak Langit mungkin dulu tempat ini semacam tempat logistik, mengingat ada tempat di bawah, kotak, tanpa pintu dan penuh lorong-lorong. sedang pak pekik sendiri belum tahu juga ini situs apa. Dan yang keren itu, ternyata majapahit sudah mengenal pola lantai segi enam, walau masih menggunakan tanah. Beda dengan sekarang yang sudah memakai perkerasan.
Situs ke tujuh adalah ke pendopo Agung. Saya ndak nangkep apa-apa di sini selain penuh dengan makam yang sepertinya di agungkan dan disakralkan karena banyak orang takziyah di sini. Di sini yang ada di pikiran saya cuman pingin glesotan merasakan dinginnya lantai pendopo ^^.
nama-nama raja majapahit
Situs terakhir ke museum Trowulan. Di sini banyak ilmu yang di dapat. Penjelasannya kalau saya tulis di sini kayaknya ga kelar-kelar walau sampai besok. *alasan*. Sebagai situs terakhir, di sini juga jadi tempat istrahat terakhir plus glesotan plus makan siang. Siang itu kita makan nasi bungkus wader pakai sambal terasi. Makasih banged buat mas dio, ini menunya saya banged. =D. O iya..di museum trowulan ini ada building-nya yori antar yang katanya memenangkan sayembara apa gitu di IAI. Tapi saya kok ndak sreg sama buildingnya ya?? *sotoy*
see you in our next trip :)
ReplyDeletebaca lagi pararaton dan negarakertagama nya dgn hati, masih banyak yang lain lho....sutasoma masih ada :)
ReplyDeletebelum pernah berkunjung ke sini... huwaaaa Indonesia :)
ReplyDeleteitu..itu...keren...kliatan alamnya :D
ReplyDeletetentang arsitektur.masa lalu.konservasi. proporsi-"architecture beyond architecture"
ReplyDelete@mas dio, aku diajak lagi lo mas =D
ReplyDelete@bang ted, masih ada kitab lagi?? hihi...yang dua itu belum kebaca bangted -__-
@tunsa, monggo maen kesana mbak/mas ..=D
@mas aji, saya perlu belajar lagi mas =D
mbak honey....ayo kesini mbaak =)
ReplyDeleteRUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO
ReplyDeleteJalan RA Basuni 12 Sooko
Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur indonesia
Phone: (0321) 321922, 326991, 329669. Sms:085648280307
Fax: (0321) 329670
Email: rsisakinah@telkom.net