Monday, November 7, 2011

Catper Pendakian Sindoro 8 S/D 11 April 2011 (part 2)



postingan part 1 ada di SINI 

Setelah istrahat tercukupi, kita memulai perjalanan lagi demi mengejar sampai pos III sebelum gelap, kita belum dhuhur-an sama ashar-an. Dan begitu sampai di pos III dengan ketinggian 2.530 mdpl badan langsung rebahan di tanah lapang ini, serta dilanjut dengan menjamak dhuhur sekaligus ashar.

Di pos III ini tanah lapangnya bener-bener lapang, bahkan sudah ada beberapa tenda yang sudah berdiri dari kelompok pendaki yang lain. Selama beristirahat di sini, kita bisa menikmati pemandangan yang indah ke gunung Sumbing, serta puncak bayangan yang membuat kita berpikir “ beneran ini? Jalur yang nanti mau saya lewati?”

Dari pos III menuju puncak bayangan satu dan puncak bayangan dua amatlah terjal dan berbatu disertai dengan kerikil dan debu. Meskipun medan sangat berat, jalur pendakian ini ditumbuhi oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu. Waktu itu jam di tangan kiri saya menunjuk sekitar jam delapan malam, sejauh mata memandang gelap semua, hanya hamparan bintang di langit yang menjadi hiburan.

Dan saya tak membiarkan pikiran kosong, sambil terus meraba dan meraba bebatuan yang ada di depan saya, saya merasakan ada bebauan yang saya yakin itu bau bunga. Tapi saya tidak tahu, bebauan itu dari bunga apa. Mencoba menciumi perdu-perdu yang ada di kanan-kiri saya, tapi perdunya tidak berbau. Mencoba bertanya ke teman di belakang dan depan saya, mereka tak mencium bau apa-apa. Padahal saya sudah heboh bilang saya mencium bebauan harum.

Saya sempat merinding, kenapa kok cuman saya yang mencium bebauan ini. Mana kondisi saya juga waktu itu dalam kondisi  on periode pula. Heuu… sepanjang jalan saya tak henti-hentinya berdoa, serta membaca semua surat-surat pendek yang saya hafal.

Di bawah puncak bayangan ini kita beristirahat, waktu itu formasi masih default saya sama fa, ditemani mbak Nina, Dhanny, mas Nanang sertta mas Jenggot. Dan di sini juga kita akhirnya memutuskan untuk beristirahat total. Tenaga sudah semacam habis, dan untuk summit attack-nya dibicarakan lagi nanti. Mengingat posisi tempat beristirahat kita yang berbahaya, maka diputuskan naik beberapa meter lagi untuk mencari tanah lapang.

Oh iya, pas istirahat di bawah puncak bayangan pertama, sempat cerita ke anak-anak, kalau saya mencium bebauan semacam bunga tapi tidak tahu sumber bebauan itu dari mana. Anak-anak cuman bilang “berdoa yang banyak aja mbak!” Dan setelah itu Fa tanya di belakang mas Nanang itu siapa? Di belakang mas Nanang itu mas Jenggot. Terus Fa bilang “Lah terus yang di belakang mas Nanang, pakai kerudung warna putih itu siapa?” Kita hanya bisa sama-sama mengangkat bahu, secara di kelompok kita yang berkerudung itu cuman saya, sedang saya berada di depan Fa, dan saya berkerudung warna coklat bukan warna putih.

Naik beberapa meter ini berasa berkilo-kilo meter, gimana ndak, dengan luasan jalan sejengkal, gelap-gelapan, kanan-kiri batu, sekali salah injek, bisa tergelincir, dan jatuhlah kita. Bisa selamat dan bisa ndak. Kok mendadak berasa serem amat yak? Dan begitu sampai atas, ternyata sudah berdiri beberapa tenda. Namun, karena sempitnya lokasi, ada beberapa teman yang naik lagi hingga puncak bayangan dua, yang beberapa ratus meter di bawah Watu Tatah, dan mendirikan tenda di sana.

Malam terasa berjalan teramat cepat. Berasa belum lama tidur, sekitar jam 3 dini hari di luar tenda sudah berisik persiapan buat summit attack. Saya yang waktu itu on periode hari pertama memilih beristirahat di tenda. Dan berjanji suatu hari nanti semoga bisa naik ke Sindoro ini lagi buat summit attack. Sambil menahan diri dari keadaan perut yang tidak bersahabat sama sekali akibat on periode ini, saya melanjutkan tidur hingga pagi menjelang, dan terbangun sekitar jam 5an.


Bangun pagi langsung di sambut indahnya pemandangan dari puncak bayangan satu ini. Dari sini terlihat tiga puncak gunung yang seakan-akan saling bersebelahan. Ada puncak gunung Sindoro, gunung Merbabu dan gunung Merapi. Subhanallah, ketiga puncak gunung itu tertutup kabut. Dari posisi ini, kita berada lebih tinggi dari awan. Awan yang serupa kapas, seakan-akan bisa langsung kita genggam dari sini. Di tambah matahari yang terbit dengan malu-malu, menambah kelengkapan keindahan alam ciptaan Tuhan ini.



Dan sebagai kaum yang tidak lupa untuk mengabadikan semua moment, kita berfoto-foto di sini. Dan saya masih kagum ketika melihat jauh ke bawah. Eh beneran saya sudah naik setinggi ini? Dan jalan air yang semalam saya tanyakan bolak-balik ke mas Nanang, kelihatan jelas dari sini. Jalan air adalah jalan setapak jalur pendakian, yang karena saking membelok-beloknya, hingga kelihatan seperti arus air atau daerah aliran air.



Sembari menunggu turunnya teman-teman yang summit attack, kita di sini masing-masing satu anak mendapat satu krekses besar guna memunguti sampah sekitaran tenda sampai bersih kemudian membakarnya. “Mendaki tak hanya untuk menikmati indahnya ciptaan-Nya, tak hanya untuk mengalahkan semua ego, tapi gimana caranya agar mendaki itu juga untuk memelihara, merawat dan mencintai bumi.“

Dan ketika bebersih ini, kita baru sadar kalau kita kehabisan persediaan air. Dan untunglah teman-teman yang melaksanakan sumiit attack sudah membawa beberapa botol kosong buat di isi air di atas. Teman-teman yang melakukan summit attack ada mas Nanang, mas Jenggot, Udakuda serta teman-teman dari Bandung. Sedang yang lain, cukup hingga puncak bayangan pertama sama seperti saya.

Jam menunjukkan sekitar jam delapan pagi. Setelah sarapan mie dan secangkir kopi, kita mulai bersiap turun, perjalanan turun tidaklah mudah. Mungkin ada yang berpikir, tinggal turun saja, tidak terlalu butuh tenaga. Akan tetapi di sini, dengan kondisi badan yang masih capek, apalagi daerah lutut dan pergelangan kaki. Perjalanan turun merupakan tantangan sendiri. Waktu itu saya sempat mengalami kram. Dan berhenti beberapa saat sampai kram saya sembuh.

Ketika turun yang kita butuhkan bukanlah kecepatan dalam berjalan, akan tetapi kekuatan lutut dan pergelangan kaki. Karena di sinilah –istilahnya- rem kaki harus benar-benar kuat. Karena begitu ga kuat sedikit, kita bisa keselip, kalau sudah keselip teman di bawah tinggal nunggu kita, dalam keadaan sehat apa badan carut-marut kegores bebatuan dan perdu.

Waktu itu saya lebih sering glesotan, karena rem kaki saya terutama daerah engsel, sepertinya remanya sudah aus jadi tidak makan. Dari pada saya harus jatuh bergulingan saya lebih memilih glesotan di jalan menurun, dan ini terjadi lebih dari tiga kali. Bahkan ketika sampai pos satu, saya kepikiran buat naik ojek saja. Cumin kok jadinya antiklimaks ya? Kalau kemudian saya turun dengan naik ojek.

Dengan ditemani mbak Nina, mas Nafis, Dhanny dan Pephi saya menapaki langkah demi langkah menuju base camp. Hujan turun dengan derasnya, dan saya menggigil kedinginan menambah semakin melambatnya langkah saya.  Dengan sabar teman-teman saya ini menemani, bahkan Dhanny sempat menawarkan diri untuk membawa cariier saya, namun saya tolak, ah saya harus mengalahkan semua ego saya ini. Saya harus sampai base camp dengan diri saya dan tenaga sendiri.

Untungnya mas Nafis ngajak saya ngobrol, sehingga perjalanan ini tak begitu terasa lambat dan lama. Saya sempat bertanya “kenapa sampean menikmati sekali hujan-hujanan ini? Berlari-lari kecil, loncat-loncatan dengan riang?”Dan tahu dia bilang apa “saya hanya menikmati seperti ketika saya masih kecil mbak, main-main bermandikan hujan. Karena dengan ini saya jadi tak merasa capek dan menikmati”

Ah, saya jadi malu dibuatnya. Dari tadi saya menganggap hujan yang turun membuat beban di punggung saya bertambah, membuat langkah saya menjadi tambah lambat, membuat saya jadi menggigil. Ah, kenapa saat ini juga saya tak mengubah mind set saya itu? Okee..dengan sisa tenaga yang ada, saya mencoba mengubah pikiran saya itu menjadi seperti apa yang mas Nafis pikirkan. Dan lumayan, saya menikmati sesuatu di sana, teringat ketika saya kecil, bermain air sambil hujan-hujanan di sawah. Dan.. yah! Tentu saja dengan semangat dan tenaga yang masih tersisa.

4 comments:

Komen pakai Hati ya...:)

 

Me n My Ego Template by Ipietoon Cute Blog Design