Saturday, August 31, 2013

Tambora; cerita yang hampir terlupa

sebenarnya pendakian ini adalah pendakian setahun lalu, pendakian penutup tahun 2012 serta pembukaan tahun 2013, gimana ndak? maksa mintak cuti panjang ke kantor yaitu mulai sebelum natal sampai tahun baru. dan waktu itu sempat keder mau berangkatnya, la njuk piye? beberapa bulan sebelum berangkat ada berita bahwa wamen esdm meninggal di sini. innalillah. yang walau akhirnya berujung dengan niatan bismillah tedtap berangkat juga. walau sempet alau karena sesuatu phal. *lak mesti kowe drama dewe shop =))

pertama kali mendaratkan kaki di lombok praya. dokpri


pose unyu depan penginapan sebelum menuju mandalika. @endah_banged

keleleran di terminal mandalika - nunggu bis menuju dompu. dokpri 

perjalanan ini amatlah sangat panjang, masih beruntung bisa dapat tiket citilink sub-lob dengan harga tiket yang tak terlalu mencekik walau masih kategori mahal untuk ukuran dompet saya. =)). oke ceritanya langsung skip ke dompu saja ya? sebagai titik awal pendakian ini dilaksanakan. oh iya, harusnya kita sampai dompu ini sekitar di sepertiga malam, tapi karena kita semua berlima kecapean serta pada bubuk unyu semua di bis, yang berujung bangun-bangun sudah subuh, dan posisi bis yang sudah masuk terminal bima, alias kita nyasar dan juga alias kebablasan. piye to? =)) yang berujung cekikikan dewe menertawakan kelakuan bersama. yang kalau ditotal waktu bablas dan nyasar ini hampir 9 jam sendiri. la piye to? lek wes nanjak iki wes tekan pos brapa coba? =))

mbak potreh jatuh gedebuk dari kayangan *eh @endah_banged
sesampai di dompu kita juga ga langsung nanjak, masih piknik hore dulu. yak cerita pikniknya skip aja ya. nantik bikin kisah cerita sendiri saja. nah dari dompu ini, yang awalnya cuman berlima yaitu saya, mas anta, mbk endah, mas dhanang serta adhi, berakhir dengan ketambahan pasangan brama kumbara dan mantili dompu yaitu bang anas dan santi selaku orang yang paling mengerti medan. entah sudah berapa kali bang anas dan santi ini maen-maen ke tambora. sedang kita berlima ngerti tambora hanya berbekal hasil gugeling di internet.

dompu-calabai-desa pancasila-desa tambora

dari dompu hingga calabai kita menaiki mobil yang semacam kayak elf, dengan tempat barang yang berada di atas. saya beserta mbak endah, dan mas dhanang lebih memilih duduk di dalam bus ketimbang duduk di atap. padahal dari hasil gugeling di internet perjalanan dompu hingga calabai ini eksotik sekali, sudah semacam menikmati savana afrika ala tambora katanya. yak.. betul, saya ndak tahu savana afrika itu cantiknya kayak apa karena belum pernah ke afrika =)) pertimbangan duduk dalam bus waktu itu lebih karena mikirnya, eh yang bener aja, 6-7 jam perjalanan duduk di atap mobil, takut masuk angin dan mbayangin capeknya pasti sudah ampun-ampunan. belum lagi kondisi perut saya yang amat sangat tak bisa diajak bekerja sama. sampai keringat dingin segala coba. rak lucu kan? tetiba saya ngebom mereka dengan bau-bauan yang amat sangat harum sekali? *plaaaak!! =))

horeee... akhirnya duduk di atap mobil!!. dokpri

sempet-sempete ngerekam mbakpotreh ikiii. dopkri
selama perjalanan, ngerasa rugi ga duduk di atap, pemandangannya jebul apik soro. perut yang trouble jadi terlupaka sejenak. dan untunglah setelah separuh perjalanan, bus berenti untuk istirahat dan makan. yah.. sama kayak naik bus eka, nusantara atau indonesia gitu, yang nantinya akan berenti istirahat dan makan di rumah makan duta. eiiitssss... jangan bayangin tempat makannya kayak rumah makan duta yaaa. bayangin aja, kayak bangunan warung seadanya di pinggir jalan, dengan dinding dari anyaman bambu ala kadarnya. dan otomatis juga dengan kondisi km yang teramat sangat ala kadarnya. tapi tetep saja, dengan kondisi perut yang error tetap bisa investasi dengan kondisi kayak begitu, dan ini beneran bikin perut teramat sangat lega. dan setelah ini, akhirnya mutusin untuk ikutan duduk di atap bus. merasakan sensasinya yang ampun-apunan. =))
bus istirahat, digunakan untuk peposean @endah_banged
dan dari atap mobil ini, kita bisa menikmati cantinya savana alam tambora, mulai dari kuda liar hingga kerbau liar. sebenarnya ga liar-liar amat sih. karena di savana itu semacam ada pembatas tak langsung daerah ini daerah kelompok tani A, B dan seterusnya. dan di badan kuda ataupun kerbau itu semacam ada stempel yang menandakan dia milik kelompok tani mana. cuman ya itu.. mereka hidupnya bebas langsung di alam bebas, beda dengan di jawa yang kalau kayak gitu pasti sudah ada yang malingin, wong kerbau dikandangin aja di maling, apalagi dibiarkan bebas tak iye??

bukit teletabis versi tambora. dokpri
diujung jalan ituu... setahun kemarennn. dopkri
setalah merasakan road race ala tambora, sampailah kita di desa pancasila. nah dari desa pancasila ini, kita masih harus menuju ke desa tambora sebagai titik awal nol pendakian. cukup dengan ojek seharga 25 ribu, kita bisa sampai di desa tambora tanpa perlu tjapek-tjapek jalan kaki dari desa pancasila. eitttsss.. jangan salah, dari desa pancasila ke desa tambora ini lumayan jauh loh, dan medan yang bikin keder duduk dibelakang pak ojek. dan untunglah pak ojeknya sudah pengalaman. nah, drama pendakian dimulai di sini. apa itu? belum apa-apa sudah disapa sama yang namanya hujan. ampun tuhaaan.

sesampai di desa tambora, kita menuju beskem untuk mengurus perijinan. untunglah saat itu ada bang anas sama santi yang sudah berkali-kali ke tambora, kalau tidak.. mimpi tambora akan hanya menyisakan nyesek belaka. karena sebelum kita ditolak untuk naik, karena cuaca yang tak mendukung dan tak didukung lagi pendaki sebelum kita cuman berdua, dan itupun dua-duanya belum pernah ke tambora. karena waktu itu ada bang anas, sama bapak beskem kita diijinkan naik tapi dengan bejibun nasehat. intinya waktu kita naik ini ndak pas waktunya. jadi kita harus hati-hati karena selain kondisi jalanan yang licin, juga kondisi tumbuhan yang lagi lebat-lebatnya yang otomatis populasi lintah juga lagi banyak-banyaknya. dengan berbekal bismillah kita memulai pendakian ini. yup.. here we go!!

team bungsu. @endah_banged
desa tambora merupakan desa tertinggi yang berada di atas perkebunan kopi. sepanjang perjalanan dari desa tambora menuju pos 1 ini terdapat jalur pipa yang digunakan untuk kebutuhan air penduduk desa. dan apabila kita sudah berada di area perkebunan kopi terus menemukan semacam rest area petani kopi, tandanya pos 1 sudah dekat. iya dekat. beneran loh! ndak bujuk. *emot monyet whatssapp tutup mulut*. pas baca di internet dari desa tambora ke pos 1 katanta 2.5-3 jam. tapi kenyataan di lapangan kita lebih dari itu. kondisi mas anta yang (sepuh) terlalu euforia sebelum berangkat membuat beliau cepat drop, selain itu kondisi jalanan yang rimbun dan membuat kita seakan-akan buat jalan baru juga jadi pemicu penambah lambatnya jalan kita. karena sudah kemalaman maka diputuskan kita beristirahat di pos 1. o iya, di pos satu ini ada sumber air berupa sumur kecil yang airnya deras, dan juga sebuah shelter. dan di pos 1 ini kita misah jadi dua, sebagian tidur di tenda, sebagian tidur di shelter. o iya, kondisi juga dalam keadaan hujan yang bikin rempong tak kelar-kelar. =))

mbakpotreh eksis rak mari-mari. @endah_banged

cilukbaaaaaaa... @endah_banged

istirahat dulu kak. keluarkan cemilannya kak. dokpri
besoknya kita lanjut menuju pos 2, medannya lumayan landai dengan hutan tropis yang vegetasinya sangat rapat sehingga matahari ndak secara langsung nerpa badan kita, dan otomatis, di jalur ini juga, kita bisa maenan sama lintah yang lucu tak hanya hutuk-hutuk, tapi juga ginuk-ginuk. o_O. pertama kali lintah nempel di kaki, jejeritan dan jijik-jijik gelik. tapi lama-lama kok lucu yak? yaaaa... kan ga mungkin bolak balik minta tolong santi buat milihin lintah di kaki. akhirnya dengan tekad 45 dan keberanian yang membara, bersihan lintah sendiri walau masih gelik juga megangnya =)) 1,2, 12, 20, 50.. heuuu.. akeh pol lintahnya. iso digoreng ndak ya?? *plaaaaak =)) 

lintah unyuuu. o___O @endah_banged

lintah unyu nempel di kaki. dokpri


dedarahan bekas lintah. @endah_banged


istirahat di pos 2. @endah_banged

pos 2 ini berada di ketinggian sekitar 1300 mdpl, dan di pos 2 ini terdapat sungai kecil berair jernih, rasanya marakke pingin mandi aja. tapi ga berani mandi dong, piye kalau ntar saya diintip jaka tarub? dan ndak bisa balik ke kayangan surabaya? =)) di pos 2 ini kita hanya istirahat bentar, apalagi kalau bukan maenan sama lintah nan ginuk bin hutuk-hutuk alias bebersih lintah di kaki. setelah perut kenyang, badan segeran kita segera lanjut ke pos 3, karena hari juga sudah menjelang sore, agar kita tak kemalaman di jalan. o iya, di pos 2 ini juga ada shelternya loh. yang kita gunakan untuk bermalam pada perjalanan turunnya. jadi bertujuh uyel-uyelan sb-an berjamaah tidur di  shelter.

menjelang sore kita baru sampai di pos 3, dan kita memutuskan untuk beristirahat di pos 3 sebelum nanti malam lanjut summit. di pos 3 ini kita sempat kehabisan air. dan sungainya agak jauh serta jalanan yang terjal bikn tambah susah dapat airnya. jadi di pos 3 kita menghemat sangat yang namanya air. o iya, perjalanan ke pos 3 ini lumayan terjal dan agak terbuka jalannya. apalagi beberapa meter sebelum pos 3 kita disambut dengan indahnya pelangi di langit tambora. apalagi cuaca yang cukup cerah, bikin kita tambah semangat untuk summit nanti malam. saking semangatnya, sampai saya lebih milih tidur di shelter ketimbang di dalam tenda. =))

pos tiga. @endah_banged

bercengkrama sama mas-mas unyu, eh lintah unyu =)) @endah_banged


pas jam tengah malam kita bangun, pas saya bangun mbak endah sama mas anta sudah dalam kondisi masak-masak, nyiapin logistik buat kita. saya yang masih antara ngantuk, antara sadar dan ndak, antara masih capek, tapi juga semangat, tapi juga kesadaran belum pulih-pulih memilih memfoto makanannya ketimbang bantu-bantu nyiapin logistik. plaaak =))

menu logistik buat summit. dokpri

dari pos 3 kita menuju ketinggian 1850 mdpl di pos 4, jalanannya tak terlalu menanjak, tapi jangan salah, kendalanya amit-amit bin amat-amat, jalanan yang rimbun dengan kiri kanan tumbuhan jelatan itu, bikin hati nahan tangis bin meringis, piye ndak? kalau kena kulit itu sakit sama panas jadi satu. dan yang bikin tambah nahan tangis adalah ini nembus baju celana ogh piye. setelah kena bakal kerasa sakit sama panas yang bikin meringis terus setelah gatal. jadi sepulang tambora gatalnya itu jumbo, gatal di kaki bekas gigitan lintah sama gatal di badan bekas goresan pohon jelatang ini.

tumbuhan jelatang, yang bikin nangis meringis. dokpri


istirahat di pos 4. @endah_banged

di pos 4 kita ndak istirahat tapi langsung ke pos 5, nah di pos 5 ini kabutnya udah gelap, yang awalnya tadi sorean cerah berubah jadi hujan yang disambung badai. dan dinginnya sudah ampun-ampunan. di pos 5 ini juga kita beristirahat sekalian sholat subuh sekalian ngambil air. nama sumbernya sori kalate. katanya sih dekat ndak terlalu jauh dari pos 5, soalnya yang ngambil air kan cowok-cowok jadi saya nunggu sembari pose unyu, sopo reti mbak endah moto saya secara candid. *eh =))

saya ndak keliatan, sudah hampir hipotermia, jadi bubuk-bubuk unyu di saluran air yang ketutup bivak. @endah_banged


badai. dokpri
nah setelah subuhan kelar, dan juga sudah agak terangan kita memutuskan tetap lanjut hingga beberapa meter di atas pos 5. namun sayangnya, badainya ndak segera reda, jarang pandang yang sepertinya cuman semeteran, dinginnya yang ampun-ampunan mengharuskan kita untuk sampai di sini pendakiannya. bukannya apa, bang anas yang nganter kita bilang, pernah kejebak di badai segelap ini, dulu tetap maksa muncak hingga nyawa jadi taruhan. karena saya belum nikah saya ga mau dong, ngasih nyawa sebagai taruhan. *eh. =)) intinya dalam sebuah pendakian itu, puncak adalah bonus, yang utama itu.. kebersamaan kita bersama sahabat, bersama mengalahkan ego, dan pulang dengan selamat. sapa tahu kan ya? pas perjalanan pulang malah ketemu jodoh? *lah karepmu shop?? =))

4 jam nunggu badai reda di atas pos 5. @endah_banged

ini puncak tertinggi yang bisa kita jangkau saat itu kak =D @endah_banged
bang anas sang brama kumbara. @endah_banged


santi, sang mantili @endah_banged

sebagai tambahan, di tambora juga banyak sayuran, terus buah-buahan hutan juga banyak. surga bagi saya yang mulut susah berenti ngunyah. kekekeke. la wong sambil jalan suka gigit-gigit rumput, nemu bebuahan ditengah hutan itu berasa maem salad buah di pizza hut. =))

murbei. dokpri
lupa namanya buah apa. manis-manis asem-asem kecut. dokpri

badai, bikin hati sahdu merindu. Tsaaah. dokpri

kapan ini reda badainya ya? dokpri

mulai desperate nunggu badai reda. dokpri
















Thursday, August 29, 2013

Gunung Prau, 2565mdpl

menyambut matahari pagi. dokpri
Entah sudah beberapa kali, saya sms adhi, minta ditemeni naik gunung Prau, yang juga beberapa kali berakhir dengan kegagalan. Saya yang rempong sama kerjaan, ditambah lagi habis pindah kantor baru yang mengharuskan sabtu masuk. Padahal kalau kantor lama sabtu saya bisa glundungan di kos saking freenya. Sekarang tepatnya tiga bulan terakhir, nemu tanggal merah di hari sabtu itu berasa surga. Makanya, begitu tahu tanggal 17 agustus jatuh pada hari sabtu, saya otomatis langsung menghubungi adhi lagi, minta ditemeni ke gunung Prau. Karena ndak mungkin naik cumin berdua sama adhi, saya akhirnya memutuskan ngajak temen kosan bernama tyas. Dan gegara saya, tyas memutuskan untuk ndak menerima ajakan fajar buat naik penanggungan, yang berujung fajar dkk malah membatalkan naik gunung penanggungan malah belok kanan kea rah barat ikut kita naik prau. Dan ga sampai waktu tiga hari, rencana ke prau deal. Yang tetap saja menjelang keberangkatan ada beberapa drama sebagai bumbu kisah rencana pendakian. =))

Sekali mendaki, dua tiga puncak gunung terlampaui.

Indonesia tanah airkuuuu... dokpri

kepada bendera merah putih! hormat graak!!
Sub judulnya terasa lebay dan berlebihan sangat ya? Tapi begitulah adanya. Jarang-jarang naik gunung bisa pose dengan latar gunung yang ada di seberangnya. Kalau di bromo bisa berlatar gunung batok, sindoro berlatar sumbing begitu juga sebaliknya, merbabu berlatar merapi begitu sebaliknya. Berbeda dengan gunung prau. Di gunung prau kita bisa dapat latar beberapa gunung sekaligus. Jadi mulai merapi, merbabu hingga sindoro sumbing seakan-akan berada dalam satu layering, satu lapisan dan satu garis lurus. Belum lagi menoleh kea rah baratnya, ada deretan gunung slamet dan gunung cikurai, walau ndak dalam satu layering, tapi tetep saja.. satu garis lurus.


layering beberapa gunung. dokpri

narseeees dokpri
Belum lagi perjalan turun yang via patak banteng, bisa menikmati cantiknya telaga warna dieng plateu. Sumpah.. beneran tak  terkira cantiknya. Beneran merasa, andainya mata ini bukan ciptaannya, maka sepertinya akan kehabisan batere karena keringan on, dan focus terus. Emang kamera apa shop? Plaaaak..!!

telaga warna dieng plateu, dari ketinggian sekian mdpl. dokpri
Dan hal lain yang bikin menyenangkan ke gunung Prau adalah waktu tempuhnya yang ndak lama. Si Adhi waktu itu bilang, paling kalau buat mbak Chop waktu tempuhnya hanya 3 jam. Saya : eh sumpah? Yakin kamu dhi? Lama nggak nanjak ini yo. Adhi : yah, kalau lama ndak nanjak, liat aja ntar waktu tempuhnya berapa. Yang penting kalau mbak chop capek, ya break aja. Kita istirahat. Saya : okok. Siyap adek. Dan kenyataan di lapangan, kita menghabiskan waktu tempuh 4 jam sodara-sodara. =)) kebanyakan break. Terus saya bilang sama adhi, eh sumpah ya… kerasa tjapeknya, gini ini kalau lama nggak nanjak ditambah ga tahu olahraga pula. Dan aku kerasa sudah stabil jalan dan nafas pas sudah sampai tower-tower ikuloh dhi. Si Adhi : yeeee.. kalau setelah tower kan emang udah landai, ndak nanjak. Kalau pas lewat tower masih kepayahan, keterlaluan mah mbak chopnya. Saya cumin bisa ngakak cengengesan.

massss... tunggu akuuu masssss... plaaaak =)) dokpri
Sebenarnya sebelum nanjak agak khawatir juga, mengingat si gumilar teman fajar sudah masuk angin, dan untunglah kita semua sampai camp area barengan dan kondisi baik-baik semua. Yang seru sesi pepotoan di bukit teletabisnya, bisa-bisanya saling pada tereak dari kejauhan hanya untuk mintak di foto. =))

Bonek

camp area yang mirip ranukumbolo. dokpri
 Bondo nekat, itu istilah yang pas buat kita. Gimana ndak? Jumlah personel tujuh orang, hanya bawa dua tenda dengan masing-masing kapasitas untuk dua orang. Satu tenda otomatis sudah buat saya dan tyas, sedangkan sisa lima cowok ini akhirnya dua tidur dalam tenda, tiganya nggelar bivak pakai flysheet. Dan parahnya lagi, yang bawa sb cumin saya, tyas, adi dan fajar. Sedang diaz, gumilar dan johan tak bawa. Padahal dieng lagi dingin-dinginnya. Akhirnya saya berbagi sb sama tyas, sedang sb tyas dipinjemkan ke diaz yang ndak bawa sb serta tidurnya di bivak. Antara kasian sama pingin tak omeli karena bonek. =))

the team. atas : adhi, tyas, diaz, gumilar. bawah. saya, fajar dan johan

we're

pucuk sebentar lagiiiii

heeeeei....
Dan gimana lagi ga bonek? Yang bawa carrier cumin adhi seorang, sedang kita sisanya berenam hanya bawa tas ransel biasa. Tapi walaupun begitu, tetap saja logistiknya banyak. Sampai si adhi bilang, kene mung semalam mbak di atas, nyapo ih nggowo logistic akeh-akeh. Saya : loh, kan walau semalam kita tetep kudu makan enak dhi. Jadi mari belanja beras telor, jangan hanya mie aja. Yang akhirnya berujung di camp area kita udah semacam acara harmoni alam. =))

sop sarapan pagi 

itadakimasuuuuu 

Dataran tinggi dieng

O iya, sebelum naik gunung prau, kita masih sempet jalan-jalan di dataran tinggi dieng, walau itu hanya sampai candi-candinya saja. Belum sampe ke kawah candradimuka, belum ke kawah sikadang juga. Next time kali ya, kalau kita punya waktu berlebih yang banyak dan ndak hanya wiken saja.  Selama perjalanan ke dieng ini, banyak nemuin pohon carica, pohon yang entah sespesies atau segenus sama papaya. Dan manisan carica merupakan oleh-oleh yang wajib kita beli. Karena ndak ada di tempat lain. Dan carica hanya ada di dataran tinggi dieng. ^^V

bocah-bocah dieng
pose ala cover kaset 

pohon carica

nb. dokpri diambil dari hape lenovo s880 ^^



 

Me n My Ego Template by Ipietoon Cute Blog Design