Sunday, January 27, 2013

semalam sehari di lombok

setelah sempat delay beberapa waktu, pesawat yang kita naiki bertiga (saya, mbak endah dan mas anta) landing dengan mulus di bandara international Lombok Praya. entah kenapa di kepala saya waktu itu tetiba membayangkan thomas sama rudi yang lompat dari pesawat begitu mendarat di bandara ngurah rai bali. hehe. bagi yang sudah baca Negeri Para Bedebah karya tere liye pasti ngerti apa yang maksud.
Lombok Praya di malam hari (dok.pri)
begitu turun dari pesawat, nyalain hape yang jebul ada sms dari mas dhanang, nanyain di mana posisi kita. sepertinya dia sudah keriting nungguin kita hampir tiga jam. ngurus bagasi, o ya, masing-masing keril kita beratnya saya 11 kg, mbak endah 12 kg, dan mas anta 16 kg. terus nyamperin mas dhanang yang sudah nungguin di pintu keluar terminal kedatangan. ke ATM bentar, dilanjut menuju cakranegara tempat di mana adhi sudah bookingin kita penginapan. di jalan terlibat obrolan seru. saya sama mas anta terakhir ketemu pendakian mahameru di akhir tahun 2011, pas setahun. sedang sama mas dhanang terakhir ketemu awal tahun 2011, berarti hampir dua tahun kurang beberapa hari. mungkin karena lama ndak ketemu itu kali ya, obrolan jadi seru kesana kemari. o iya, selama di jalan sempat mampir ke sebuah swalayan, buat beli gas yang sebelumnya gas kita di sita di bandara juanda surabaya di sidoarjo.

sampai penginapan sudah malam, sekitar jam 8 wita. karena sudah kelaparan akut, kita (saya, mbak endah, mas anta, mas dhanang dan adhi) segera berburu makan malam. dan pilihan jatuh ke warung tenda madura yang isinya jualan sate, soto dan sop kambing madura. oke. jauh-jauh ke lombok jebul makannya tetep makanan madura. =)) saya yang emang ndak terlalu doyan sate, pesan satu porsi berdua sama mbak endah. hanya makan dua tusuk sate, sisanya incip-incip sop kambingnya mas anta yang jebul enak. setelah itu, menelusuri jalanan malam kota cakranegara, sempet merasa aneh dengan kotanya, tatanan jalan, hingga gang kecilnya kok rapi. kayak terpola gitu. tetiba aja teringat buku d.K.ching tentang pola grid, melingkar dan bla-blanya *anak arsitek pasti ngerti* =D

begitu juga dengan besoknya, pas muter-muter jalan pagi, merhatiin tatanan kotanya rapi sekali. dan jadi penasaran. kok bisa sih?
o iya, sarapan nasi puyung aka nasi bungkus di sebuah gang kecil dekat kompleks pertokoan dan nasinya enak hingga makannya saya lama. sempat nyobain yang namanya telor pindang juga. telor yang direbus tapi dipecah-pecah kulitnya serta dibumbu agak coklat. entah bumbunya apa. dan yang pasti lumayan buat saya yang ndak seberapa suka telor rebus.

telor pindang (dok.pri)
memperhatikan lingkungan sekitar di sebuah perjalanan itu seru, semisal pas jalan kaki pagi, ada ibuk-ibuk sarungan berkerudung jadi buruh bangunan, dan dia sedang berada di ketinggian sekian meter dan hanya bertumpu pada bambu panjang. sempet kaget juga, mengingat kostum si ibuk ndak pas sama standart keselamatan kerja. boro-boro pakai helm proyek, si ibuk juga nyeker. 

terus kita melewati pasar burung, lucu cara mbungkus burungnya, terus kalau di jawa, tepatnya surabaya-madura, saya terbiasa ngeliat gula dijual dalam bungkus seperempat, setengah atau kiloan takaran plastik. tapi di lombok ini, tepatnya cakranegara ini gula dibungkus dalam plastik panjang. *kalau di jawa plastik ini digunakan buat bungkus air buat dijadiin es atau es batu.
begitu juga di pasar deket terminal mandalika bertais. sempet bingung beli telor. nyamperin sebuah warung telor yang sewarung isinya telor semua, tapi berhubung ndak liat timbangan, kita ndak jadi beli. terus mampir warung lain, mau beli telor sekilo. dan bapaknya langsung bilang, pasti mbak orang jawa ya? di sini telor ndak ada yang dijual kiloan, tapi jualnya pertempat telor atau satuan. *kebiasaan di jawa beli telor kilo-an =))* dan setelah itu, bapak nunjuk warung yang saya samperi tadi, katanya warung itu jual telor satuan. *tahu gitu tadi langsung beli yaaa =))

kika : mas dhanang, mas anta, saya, adhi, mbak endah (captured by mbak endah)

selain itu, pas malamnya kita jalan sepulang makan malam, dan paginya jalan sepulang cari sarapan, ada sebuah rumah yang sepertinya ada acara. entah apa. dan merasa aneh lagi, bukannya di lombok ini muslim ya? tapi kenapa di cakranegara ini terasa kental sekali nuansa hindu bali-nya. semacam punya dua pertanyaan yang belum terjawab di cakranegara ini. oke, kembali ke penginapan. kita booking dua kamar, satu kamar buat adhi, mas danang dan mas anta. satu kamar lagi buat saya dan mbak endah dengan posisi kamar sebelahan. abis makan malam, abis mandi, abis jamak sholat, saya langsung tepar ndak kuat nahan kantuk, dan mas dhanang kayaknya juga sudah tepar. sedang mbak endah masih hitung-hitungan, serta adhi dan mas anta nebeng tifi buat nonton bola. entah pada sampai jam berapa. bangun-bangun udah subuh aja.

***

di terminal mandalika bertais, kita bertemu sama bang rifad yang rencananya mau nganter kita ke tambora. tapi berhubung dianya ada kerjaan, yang nganter kita nanti bang anas temannya bang rifad ini. dan bang anasnya sudah nunggu kita di dompu. 

menikmati siang dengan jadi penunggu terminal mandalika bertais. makan siang pakai nasi puyung lagi dengan lauk ikan belut. saya yang seumur-umur ndak suka dan ndak pernah makan belut, akhirnya jadi nyobain gegara kena omel mas anta, kalau belum pernah makan dan belum pernah nyobain, jangan langsung bilang ndak mau. dan pas nyobain jebul enak. kayak ikan tongkol rasanya. sebenarnya yang bikin ndak mau makan belut adalah, karena sudah mbayangin bentuknya yang panjang kayak ular, boro-boro belut, lele aja liat kepalanya yang kayak ular juga bikin geli duluan. makanya seumur-umur ga mau makannya. *alasane ga jelas* =))

tiket bus ke dompu masing-masing orang 130 ribu, dan ternyata bisa ditawar, semacam ada calonya gitu. aslinya 150 ribu, tapi karena waktu itu ditawarin bang rifad jadi 130 ribu, malah begitu tiket sudah di tangan ada calo yang nyeletuk itu di saya bisa 120 ribu. begitu cerita mas anta yang waktu itu beli tiket sama mas dhanang dan bang rifad. lucu ya, bisa ditawar. o iya, merasa orang lombok itu ramah-ramah. buat kita yang pendatang, mereka ramah banged.

di mandalika (dok.pri)
keril kita (captured by mbak endah)
o iya, kopi secangkir kopi sachet nescafe di terminal mandalika ini harganya cuman dua ribu, padahal biasanya kalau saya mudik madura, beli kopi nescafe di kapal itu harganya tiga ribu. bahkan pernah, di akhir tahun 2010, saya pernah ngopi-ngopi di bundaran HI tengah malam, dan bakul kopinya juga menjual secangkir kopi sachet itu seharga tiga ribu. sedang di terminal mandalika di akhir tahun 2012, secangkir kopi nescafe harganya dua ribu. mureeeeeh.
cerita tambora to be continued ***

dua pertanyaan saya tentang kota cakranegara lombok, yang pertama tentang penataan kotanya, yang kedua tentang kentalnya nuansa hindu bali, terjawab sudah pas saya sudah balik surabaya. pas lagi nganggur-nganggur di kantor iseng-iseng googling tentang tata kota, kota cakranegara ini. jadi kota cakranegara dulunya dibangun oleh King Gusti Wayan Teguh dari Kerajaan Karangasem sekitar tahun 1740 sampai 1775 (pada abad ke 18) di rencanakan berdasarkan kosmologi Hindu-Bali Hal ini terlihat jelas sekali dari struktur kotanya dimana kuil (Pura Meru), yang ditempatkan sebagai pusat kota. Dalam bahasa sansekerta Cakra berarti pengajaran agama (hindu), negara berarti juga negara. Jadi Cakranegara berarti negara (kota) pengajaran agama (hindu).

Perencanaan kota seperti ini dilandasi oleh pandangan Teosentrisme 3 yang kuat sekali Dalam bukunya yang berjudul: “The City Shaped” (1991), Spiro Kostof membagi bentuk kota menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah kota yang pada awalnya dirancang secara sadar dan kota yang tumbuh secara alamiah. dan untuk kota cakranegara sendiri ini, adalah kota yang sengaja dibentuk. keren ya, punya raja yang pakar tata kota. dan dari hasil googling itu, terjawab sudah dua jawaban di atas. =D

*oke, sudah hampir pagi. jadi mari tidur ^^

0 comments:

Post a Comment

Komen pakai Hati ya...:)

 

Me n My Ego Template by Ipietoon Cute Blog Design